Ambon,Tajukmaluku.com-Sesuai Perpres Nomor 17 Tahun 2025, Pemerintah Kota Tual menetapkan percepatan pembangunan pergaraman nasional sebagai salah satu program prioritas.
Kebijakan ini diambil dengan mempertimbangkan potensi daerah dimana kota Tual sendiri yang dikelilingi laut bersalinitas tinggi, air laut bersih, dan kebutuhan garam yang cukup besar—sekitar 6 ton per bulan untuk konsumsi rumah tangga dan 45 ton untuk industri perikanan serta es balok.
Wali Kota Tual, Akhmad Yani Renuat, bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan staf khusus bidang pendidikan, kesejahteraan rakyat, serta infrastruktur, meninjau langsung teknologi geomembran di Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Maluku, Senin, (11/08/ 2025).
Kunjungan itu diterima langsung Kepala BSPJI Maluku, Sony Fitriajaya, beserta staf yang memaparkan metode produksi garam berbasis geomembran.
BSPJI Maluku bertugas untuk melakukan standarisasi dan pelayanan jasa Industri di wilayah Maluku. Fokusnya adalah pada pengujian, sertifikasi produk, pelatihan, konsultasi, pemerikssaan halal, serta rancang bangun perekayasaan Industri.
Sehari kemudian, dengan menggunakan moda transportasi laut dan darat, rombongan melanjutkan kunjungan ke pabrik garam PT Limansara Sinar Abadi di Desa Wayapo, Maluku Tengah. Selasa, (12/08/2025).
Sampai di lokasi, Wali Kota Tual didampingi jajaran Pemkab Maluku Tengah dan pimpinan PT Limansara, Arifin dan Efendy Yut meninjau fasilitas produksi dan hasil garam yang bersih serta putih, Wali Kota berdiskusi dengan pengelola pabrik. Ia menilai teknologi sederhana yang digunakan meliputi bangunan produksi, proses kristalisasi, dan penyimpanan sangat layak diterapkan di Tual.
“Setelah melihat teknis di lapangan, kami juga optimis untuk mewujudkan Kota Tual sebagai produsen garam,” Kata Walikota
Pemerintah kota Tual berencana mengalokasikan anggaran untuk proyek percontohan di tahun 2025.*(01-F)