Ambon,Tajukmaluku.com-Wacana kepemimpinan politik Islam kembali mengemuka dalam Forum Latihan Kader (LK) II Nasional Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ambon. Dalam sesi ke-6 forum tersebut, politisi muda Maluku sekaligus kader senior HMI, Rovik Akbar Afifuddin, tampil membedah ulang konsep kepemimpinan Islam dengan pendekatan reflektif dan teologis.
Mengusung tema “Membangun Kemuliaan Baru: Inspirasi dari Politik Kepemimpinan Islam untuk HMI Masa Depan“, Rovik mengajak para kader untuk menengok kembali warisan besar Rasulullah Muhammad SAW sebagai fondasi utama kepemimpinan Islam. Ia menegaskan, model kepemimpinan Rasulullah di Madinah bukan hanya relevan secara spiritual, tapi juga menjadi pijakan penting dalam studi-studi modern tentang demokrasi dan tata kelola pemerintahan.
“Sebaik-baik pemimpin adalah Rasulullah SAW. Apa yang dibangun beliau di Madinah telah mengundang berbagai riset modern untuk mendukung grand teori kepemimpinan di Barat. Hasilnya, Madinah adalah contoh kota paling demokratis dalam masa kepemimpinan Rasulullah,” tegas Rovik di hadapan peserta forum.
Dalam pemaparannya, Rovik merujuk pada riset para pemikir dunia seperti Michael Hart dan Karen Armstrong yang mengulas gaya kepemimpinan Rasulullah. Ia menyebut, kepemimpinan Rasulullah yang berbasis pada keadilan, kemanusiaan, pluralisme, serta penegakan hukum melalui Piagam Madinah, menjadi cikal bakal dari konsep welfare state atau negara sosial modern yang demokratis.
“Madinah dibangun atas dasar keadilan, kesetaraan, pluralisme, kemanusiaan, dan kepatuhan atas apa yang diyakini dalam iman. Madinah menjadi awal negara sosial. Negara ideal yang demokratis,” terang Rovik, yang kini duduk sebagai Anggota DPRD Provinsi Maluku dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Dia juga menekan pentingnya reaktualisasi nilai-nilai kepemimpinan Islam di tengah arus zaman yang terus berubah. Menurutnya, kader HMI tidak cukup hanya memahami sejarah politik Islam, tapi juga dituntut agar mampu menerjemahkannya dalam bentuk praksis yang relevan dan kontekstual.
“HMI tidak hanya dituntut untuk melahirkan pemimpin, tapi juga untuk merawat kemuliaan kepemimpinan itu sendiri yang berakar dari nilai Islam dan responsif terhadap zaman,” ujarnya dalam sesi diskusi yang berlangsung dinamis.
Kehadiran Rovik dalam forum kaderisasi ini bukan sekadar memenuhi undangan, melainkan bentuk kontribusi nyata dalam membina generasi muda Islam yang berkarakter dan berdaya saing. Ia menyerukan pentingnya HMI menjaga marwah organisasi sebagai ruang lahirnya intelektual organik yang mampu menjawab tantangan bangsa.
“Kader HMI adalah solusi bagi umat dan bangsa. Lewat perkaderan dengan semangat autentik, para kader HMI harus menjelma menjadi intelektual organik yang progresif dalam mengejawantahkan tujuan organisasi,” tandasnya.
Bagi Rovik, pelaksanaan LK II di Cabang Ambon adalah momentum strategis dalam menghadapi tantangan era transformasi sosial-politik, serta bagian dari konsolidasi intelektual HMI di tingkat nasional.*(01-F)