back to top

Menata Ulang Maluku: Kepemimpinan Baru dan Jalan Persaudaraan

Date:

Maluku, sebagai provinsi kepulauan yang kaya akan keragaman budaya dan sejarah panjang, kembali dihadapkan pada realitas pahit berupa konflik antar kelompok. Kekerasan yang terjadi tidak hanya merusak tatanan sosial, tetapi juga mengganggu proses pembangunan dan kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

Di tengah harapan masyarakat terhadap perubahan di bawah kepemimpinan yang baru, konflik ini menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Pemimpin baru di Maluku tidak hanya dibebani tugas administratif, melainkan juga dituntut mampu merespons konflik dengan pendekatan yang menyentuh akar persoalan.

Konflik sosial yang kerap muncul di Maluku bukan semata-mata persoalan perbedaan identitas. Lebih dalam dari itu, terdapat ketimpangan sosial, akses ekonomi yang tidak merata, serta trauma kolektif masa lalu yang belum sepenuhnya pulih.

Penyelesaian konflik secara berkelanjutan membutuhkan lebih dari sekadar respons keamanan. Tindakan represif mungkin dapat meredam gejolak sesaat, namun tidak menyentuh akar konflik yang bersifat struktural dan kultural.

Oleh karena itu, pemimpin baru di Maluku harus berani mengambil langkah konstruktif yang menyatukan berbagai elemen masyarakat. Pendekatan yang mengedepankan dialog, keadilan sosial, dan rekonsiliasi menjadi kebutuhan mendesak.

Tali persaudaraan yang selama ini menjadi kekuatan budaya lokal perlu dihidupkan kembali. Di banyak komunitas di Maluku, nilai pela dan gandong menjadi fondasi hidup berdampingan yang harmonis, namun sayangnya mulai tergerus oleh politik identitas dan kepentingan sesaat.

Dalam konteks ini, pemimpin harus mampu menghidupkan kembali nilai-nilai lokal sebagai bagian dari solusi. Mengajak tokoh adat, tokoh agama, dan pemuda untuk duduk bersama, membicarakan masa depan damai, jauh lebih berdaya guna dibanding sekadar instruksi dari balik meja kantor.

Tanggung jawab menciptakan perdamaian bukan hanya milik pemerintah. Masyarakat sipil, lembaga keagamaan, dan lembaga pendidikan juga harus dilibatkan secara aktif. Pendidikan damai harus mulai diperkenalkan sejak dini, agar generasi mendatang tidak lagi mewarisi pola konflik yang sama.

Dalam menangani konflik, penting untuk memahami konteks lokal secara menyeluruh. Tiap wilayah di Maluku memiliki dinamika yang berbeda, dan solusi harus dirancang berdasarkan karakter sosial masing-masing komunitas.

Kepemimpinan baru harus menunjukkan empati dan kehadiran nyata di tengah masyarakat. Tidak cukup hanya dengan kebijakan, tetapi juga dengan mendengarkan keluh kesah warga, membangun kembali rasa kepercayaan terhadap negara, dan menegakkan keadilan tanpa pandang bulu.

Persaudaraan bukan hanya slogan. Ia harus diwujudkan dalam kebijakan yang berpihak pada pemerataan pembangunan, pengakuan atas hak-hak adat, dan perlindungan terhadap kelompok rentan yang kerap menjadi korban dalam situasi konflik.

Kesetaraan dalam memperoleh akses pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan juga menjadi kunci penting dalam meredam potensi konflik. Ketika masyarakat merasa diperlakukan adil, maka benih-benih permusuhan akan sulit tumbuh.

Media massa dan media sosial memiliki peran strategis dalam proses ini. Narasi damai, kisah sukses rekonsiliasi, dan konten edukatif harus lebih banyak diproduksi daripada kabar hoaks dan provokasi yang memperkeruh keadaan.

Peran Pemuda Dalam Mewujudkan Perdamaian

Peran pemuda Maluku juga tak kalah penting. Sebagai generasi penerus, mereka harus didorong menjadi agen perubahan yang mempromosikan perdamaian dan persatuan. Kreativitas dan semangat mereka dapat menjadi energi positif bagi proses rekonsiliasi.

Dalam momentum pergantian kepemimpinan ini, penting untuk menjadikan konflik bukan sebagai kutukan, tetapi sebagai pelajaran. Dari sana, kita bisa membangun sistem yang lebih tangguh dan masyarakat yang lebih kuat dalam menjaga harmoni.

Tak bisa dipungkiri, luka masa lalu masih membekas di banyak hati warga Maluku. Maka, proses pemulihan sosial harus dilakukan secara bertahap dan melibatkan semua pihak, agar rekonsiliasi tidak hanya menjadi formalitas tanpa makna.

Pemerintah daerah bersama dengan pemerintah pusat perlu menempatkan Maluku sebagai prioritas dalam agenda nasional perdamaian. Intervensi yang bersifat jangka panjang harus dikawal secara serius dan konsisten.

Di sisi lain, transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan harus ditingkatkan. Keadilan dan kepercayaan tumbuh dari pemerintahan yang bersih, jujur, dan mampu melayani tanpa diskriminasi.

Pemimpin baru tidak boleh terjebak dalam politik sektarian atau kepentingan elite semata. Ia harus menjadi simbol dari harapan kolektif masyarakat Maluku—sebagai pemersatu, bukan pemecah.

Konflik tidak harus menjadi warisan. Ia bisa diakhiri jika ada niat tulus, komitmen kuat, dan keberanian untuk menata ulang masa depan bersama atas dasar nilai-nilai persaudaraan sejati.

Maluku memiliki sejarah panjang sebagai tanah yang damai dan harmonis. Kini, saatnya kita kembalikan marwah itu dengan semangat baru, kepemimpinan yang inklusif, dan kebijakan yang berpihak pada rakyat.

Karena hanya dengan kebersamaan, rasa memiliki, dan kesadaran bahwa kita semua bersaudara, Maluku akan bangkit bukan hanya dari konflik, tetapi juga dari keterbelakangan dan ketertinggalan. Damai bukan pilihan terakhir—ia harus menjadi pondasi pertama.

M. Nur Latuconsina, Penulis adalah Wakil Sekertaris bidang Hukum, Keamanan, Pertahanan PB HMI.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

Rekomendasi
Terkait

Ruko Digerebek, Hartini Bongkar Kelakuan Oknum Polisi Dalam Bisnis Sianida

Ambon,Tajukmaluku.com-Penggerebekan ruko di kawasan Mardika Ambon yang diduga menyimpan...

PLN UP3 Sofifi dengan Pemda Malut Gelar World Cleanup Day 2025

Sofifi,Tajukmaluku.com-Dalam rangka memperingati World Cleanup Day 2025, PLN Unit...

DPRD Maluku Desak BPN Klarifikasi Lahan Bandara Banda

Ambon,Tajukmaluku.com-DPRD Provinsi Maluku meminta Badan Pertanahan Nasional (BPN) segera...

Tanah Banda di Jual, Intan Nasri Memilih Diam

Ambon,Tajukmaluku.com- Lahan yang sejak 1970-an ditetapkan sebagai zona hijau...