Ambon,Tajukmaluku.com-Pecinta Alam Maluku diduga takut tuntut Kepala Balai Taman Nasional (TN) Manusela, Deny Rahadi atas peristiwa duka Firdaus Ahmad Fauzi, pendaki asal Bogor yang ditemukan meninggal dunia setelah hilang selama 22 hari di Gunung Binaiya, Provinsi Maluku.
Pasalnya, peristiwa itu terus menyisakan tanda tanya besar dan memicu kecaman publik terhadap pengelolaan kawasan konservasi oleh Balai TN Manusela. Meski kemarahan publik telah memuncak di media sosial dan berbagai kanal informasi, desakan untuk penegakan hukum terhadap Kepala Balai TN Manusela, Deny Rahadi, terkesan mengendap.
Sejumlah pihak kini mempertanyakan sikap Pecinta Alam Maluku, yang semula vokal dalam menyuarakan perlindungan terhadap wilayah adat dan keselamatan pendaki, namun kini terkesan bungkam dan enggan membawa persoalan ini ke ranah hukum.
“Setelah kejadian ini viral dan penuh glorifikasi pencarian, kami menilai tidak ada langkah konkret dari Pecinta Alam Maluku untuk menuntut pertanggungjawaban hukum dari pihak Balai TN Manusela,” ujar Fadel Rumakat, salah satu eks aktivis MAPALA Maluku.
“Apakah ini bentuk ketakutan, tekanan politik, atau ada kompromi tertentu? Ini harus dijelaskan ke publik,” imbuhnya.
Sementara itu, kelompok masyarakat sipil dan aktivis mahasiswa dari aliansi Cipayung Plus mendesak DPRD Maluku dan Menteri Kehutanan agar segera mencopot Kepala BTN Manusela dan melakukan audit menyeluruh terhadap sistem keselamatan pendakian di kawasan konservasi nasional tersebut.
Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak Pecinta Alam Maluku terkait dugaan sikap pasif tersebut.
Desakan publik kian menguat agar kasus ini tidak berhenti pada glorifikasi pencarian atau kebutuhan konten semata, melainkan dilanjutkan dengan langkah hukum dan evaluasi struktural atas kinerja Balai TN Manusela. (03-M)