Oleh: Faisal Marasabessy
Ambon,Tajukmaluku.com-Bagi banyak orang, Januari adalah bulan yang sarat dengan harapan dan resolusi. Para filsuf dahulu, sebut saja Aristoteles, menekan habit (kebiasaan) yang dibentuk sejak awal tahun sebagai kunci menuju eudaimonia (kebahagiaan).
Bertempat di Indonesia Stock Exchange (IDX) Tower, Jakarta pada Januari 2025, Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Maluku, Hendrik Lewerissa-Abdullah Vanath, bertemu dengan para perwakilan Bank Dunia. Diketahui, pertemuan itu membahas kerja sama dalam penguatan infrastruktur dasar, seperti transportasi laut, akses air bersih, serta pengelolaan sampah dan sanitasi, yang merupakan kebutuhan mendesak masyarakat Maluku.
Pertemuan ini terjadi sehari setelah Presiden Prabowo Subianto menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja APBN dan APBD, Hendrik mampu menginisiasi langkah konkretnya yang selaras dengan kebijakan tersebut. Hal ini menunjukkan kalau HL-AV adalah sosok visioner yang mampu membaca tren kebijakan nasional dan mengantisipasi arah gerak ekonomi global sebelum regulasi itu sendiri diterapkan.
Kepemimpinan Berbasis Prediksi
Robert Lucas dalam Rational Expectations Theory menitikberatkan kemajuan ekonomi selalu selaras dengan peran aktor-aktor ekonomi yang memiliki akses informasi dan analisis yang baik, HL-AV mampu membuat keputusan yang lebih tepat sebelum kebijakan pemerintah benar-benar berdampak. Dengan kata lain, mereka tidak menunggu implementasi Inpres sebagai bentuk kepatuhan administratif, melainkan telah lebih dulu membangun jaringan finansial internasional guna mengoptimalkan sumber daya yang ada di Maluku.
“Pemerintah seharusnya tidak hanya bereaksi terhadap peristiwa tetapi juga memprediksi dinamika sosial-ekonomi sebelum kebijakan diterapkan.” Konsep anticipatory governace dari Leon Fuerth ini jadi alarm bagi pemerintahan daerah yang memiliki keterbatasan fiskal seperti Maluku.
Keluar Dari Zona Nyaman
Dengan SDA yang melimpah, sejak lama orang-orang Maluku masih hidup dari belas kasih fiskal dari pusat. Data menunjukan bahwa APBD Maluku masih didominasi oleh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Meski naik 1,77% dari tahun sebelumnya, DIPA Provinsi Maluku pada tahun 2024 berada pada angka Rp, 21,62 Triliun, lebih fatal di tahun 2025, alokasi anggaran di tahun ini terjun di angka 20,68 Triliyun.
Penurunan DIPA dan TKD pada tahun ini jadi urgensi bagi Maluku untuk mencari sumber pendanaan alternatif. Dengan nilai yang begitu, rasanya siapapun pemimpinanya, Maluku akan tetap begini-begini saja. “Sebuah daerah yang ingin lepas dari jebakan ketertinggalan harus memiliki pemimpin yang mampu melihat tren investasi jangka panjang, bukan hanya mengandalkan transfer fiskal dari pusat.”(Dr. Faisal Basri). Langkah kerjasama dengan Bank Dunia yang dilakukan Hendrik-Vanath menjadi salah satu solusi strategis sekaligus harapan untuk keluar dari zona nyaman ketergantungan fiskal.
Dalam World Development Report 2023, Bank dunia menyoroti pentingnya investasi dalam infrastruktur dasar di kawasan tertinggal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hendrik dengan track recordnya sebagai mantan DPR RI, juga wakilnya, tokoh visioner Seram Bagian Timur, Abdullah Vanath membuat lompatan dengan tidak terjebak pada paradigma birokratis jadul yang selama ini membuat Maluku berada dalam pusaran ketergantungan fiskal terhadap pusat. Ini mengindikasikan pemahaman mendalam dari HL-AV soal pembangunan daerah yang tidak bisa hanya bergantung pada skema anggaran negara, tetapi harus mulai membuka diri terhadap mekanisme pendanaan global.
Par Maluku Pung BAE
Sebagai penutup, rasanya kita harus melihat lebih jauh, diplomasi yang dilakukan Hendrik-Abdullah Vanath dengan para perwakilan Bank Dunia itu sebagai satu pernyataan politik dan ekonomi yang kuat. Dalam waktu yang sangat singkat setelah Inpres diterbitkan, mereka lebih dulu mengambil inisiatif yang bukan hanya senyawa dengan kebijakan nasional tapi juga memperluas cakupan solusi melalui skema pembiayaan internasional.
Dengan membaca tren masa depan yang tersesuaikan dengan 17 SDGs serta Asta Cita Prabowo Subianto, lompatan yang dilakukan HL-AV dengan dukungan World Bank soal program-program yang melayani kebutuhan dasar masyarakat Maluku seperti transportasi laut, air bersih, penanganan sampah, dan sanitasi/air limbah itu jadi harapan tersendiri kedepan par Maluku Pung BAE.
Penulis adalah Wakil Ketua GMPI Maluku