Ambon,Tajukmaluku.com-Tragedi kembali menyelimuti perairan Manipa, sebuah kecelakaan melibatkan speed boat bernama “Dua Nona” yang mengakibatkan 8 orang meninggal dunia. Jumat, (3/1/2025). Insiden ini bukan hanya mengguncang hati masyarakat, tetapi juga membuka tabir serius tentang kelalaian dalam pengelolaan transportasi laut di wilayah ini.
Warga setempat, awalnya melakukan upaya penyelamatan para korban dengan membawa mereka ke pinggiran pantai Dusun Samala, Negeri Luhutuban, Kec. Kep. Manipa. Meskipun upaya evakuasi tersebut berhasil, keterbatasan akses transportasi dan tanggap darurat menjadi masalah yang sangat mengkhawatirkan, hal menunjukkan ketidakmampuan sistem dalam menghadapi kondisi darurat di wilayah terpencil ini.
Berikut identitas dari 8 orang korban tersebut:
- Fadlia (Desa Tahlupu, Pulau Kelang, Kec. Humual Belakang)
- Adrianto (Desa Tahlupu)
- Ade Ika (Dusun Labuang Timur, Kec. Kep. Manipa)
- Naima (Dusun Pilar, Kec. Kep. Manipa)
- Yanti (Dusun Labuang Timur, Kec. Kep. Manipa)
- Fatrin (Dusun Pilar, Kec. Kep. Manipa)
- Putri (Dusun Pilar, Kec. Kep. Manipa)
Tragedi tragis ini menjadi autokritik terhadap Dinas Perhubungan, BMKG, BNPB setempat, serta PJ Bupati SBB yang seharusnya memiliki peran lebih aktif dalam memitigasi risiko keselamatan transportasi laut. Kecelakaan semacam ini telah terjadi hampir setiap tahun, namun tampaknya upaya untuk mengatasi akar masalah tersebut belum cukup signifikan. Pengawasan terhadap armada laut,penyuluhan keselamatan, dan peringatan dini cuaca buruk harusnya lebih diperhatikan oleh pihak berwenang.
Wandri Makassar, Pengurus GMPI Maluku sekaligus putra Manipa, angkat bicara tentang kejadian ini. Ia mengkritisi keras kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait terhadap keselamatan transportasi laut di Manipa. “Ini bukan pertama kalinya kecelakaan seperti ini terjadi. Pemerintah dan pihak-pihak terkait, terutama Dinas Perhubungan, BMKG, BNPB, serta PJ Bupati SBB, harus segera bertindak untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali,” ujar Wandri.
Menurut Wandri, kolaborasi dengan pihak ASDP sangat penting untuk memperbaiki akses transportasi ke Manipa. “Pihak ASDP harus merespon dengan cepat dan memberikan solusi konkret, karena masalah transportasi laut yang kurang memadai di Manipa sudah menjadi ancaman keselamatan yang berulang. Akses feri yang lebih baik harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Kecelakaan ini mengingatkan kita akan pentingnya perbaikan sistem transportasi laut di wilayah kepulauan, khususnya Manipa. Pemerintah harus berkomitmen untuk meningkatkan fasilitas transportasi laut, memastikan armada yang lebih aman dan terawat, serta meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem.
“Kita berharap kejadian tragis ini menjadi momentum untuk evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan keselamatan transportasi laut, sehingga masyarakat Manipa tidak perlu lagi merasakan kecemasan akan keselamatan mereka di laut.”Tutupnya.*Redaksi