Ambon,Tajukmaluku.com-Kinerja Penjabat (Pj) Bupati Seram Bagian Barat (SBB), Dr. Ahmad Jais Ely, M.Si, telah menjadi topik perdebatan yang menarik di kalangan masyarakat Seram Bagian Barat. Di balik kritik yang berkembang, terdapat narasi pembangunan yang jauh lebih kompleks dan mendalam yang kerap terabaikan.
Aktivis Permanusa, Anjas Hanubun, tampil ke depan untuk memberikan perspektif yang berbeda terkait kinerja penjabat bupati Seram Bagian Barat. Dalam sebuah keterangan resmi, Hanubun dengan tegas membantah tuduhan gagalnya kinerja Jais Ely, sembari menekankan bahwa kritikan yang dilontarkan tanpa memahami kompleksitas pembangunan daerah adalah bentuk ketidakpahaman terhadap tata kelola pemerintahan yang sesungguhnya.
Menurut Hanubun, pembangunan di Seram Bagian Barat membutuhkan pendekatan komprehensif yang tidak bisa dinilai sekadar dari janji-janji instan. Pj. Bupati SBB, Jais Ely dinilai sedang melakukan pemetaan strategis yang jauh lebih substansial dibandingkan sekadar membangun proyek tanpa perencanaan matang. Hal ini terlihat dari beberapa proyek strategis yang tengah dalam tahap pengkajian.
Sebagai contoh, proyek jembatan Kaibobu dan perbaikan jalan Piru-Lokki tidak sedang dihentikan, melainkan melewati tahap kajian komprehensif. Tujuannya adalah menghindari pembangunan asal-asalan yang berpotensi menjadi pemborosan anggaran. Begitu pula dengan rencana pemekaran Dusun Katapang, yang tidak dibatalkan melainkan sedang melalui proses administratif yang ketat.
Proyek talud pantai di Dusun Eli Besar pun mengalami hal serupa. Bukan dihapus, melainkan dioptimalkan dengan mempertimbangkan skala prioritas pembangunan daerah. “Ely lebih memilih prosedur hukum yang benar dibandingkan sekadar memenuhi janji instan,” tegas Hanubun.
Menurut Permanusa, upaya Jais Ely dinilai sebagai bentuk kepemimpinan transformatif yang tidak sekadar mencari popularitas. Sejumlah capaian yang kerap terabaikan meliputi perbaikan sistem administrasi pemerintahan, penguatan kapasitas aparatur desa, inisiasi kerja sama lintas kecamatan, serta persiapan matang menghadapi Pilkada serentak 2024.
Hanubun menekankan pentingnya kesabaran dan sikap kritis masyarakat. “Masyarakat perlu bersabar dan kritis, bukan sekadar menyalahkan,” ujarnya. Pembangunan, menurutnya, membutuhkan proses, bukan sekadar proyek instan. Kompleksitas geografis Seram Bagian Barat dengan karakteristik kepulauan dan medan sulit mengharuskan pendekatan pembangunan yang komprehensif, bukan sekadar memenuhi target jangka pendek seperti yang dilontarkan aktivis di beberapa media.
Kritikan tanpa dasar, menurut aktivis Permanusa ini, hanya akan mengikis semangat membangun. Jais Ely dinilai telah membuktikan diri sebagai pemimpin transisi yang tidak sekadar menjalankan tugas, namun menghadirkan harapan pembangunan berkelanjutan di kabupaten yang bertajuk Saka Mese Nusa tersebut.
“Kami mendorong masyarakat untuk terus kritis, namun juga memberikan ruang bagi upaya pembangunan yang sedang berlangsung,” pungkas Hanubun, yang sangat concern terhadap dinamika pembangunan di Seram Bagian Barat.
Permanusa mengajak masyarakat untuk lebih memahami kompleksitas pembangunan daerah, tidak sekadar terjebak pada kritik permukaan yang tidak konstruktif. Upaya PJ. Bupati SBB menunjukkan bahwa membangun daerah membutuhkan kesabaran, strategi, dan pendekatan yang komprehensif.*Redaksi